Senin, 28 Desember 2015

         PENGEMBANGAN JASMANI DAN 
            KESEHATAN ANAK USIA DINI

Santika Rentika Hadi
PKO FKIP 
Universitas PGRI Adi Buana Surabaya
Red more...



BAB  I
PERKEMBANGAN MOTORIK

SASARAN BELAJAR
          Setelah selesai mempelajari materi tentang Perkembangan Motorik ini mahasiswa dapat menjelaskan kedudukan kecerdasan kinestetik (gerak) diantara beberapa kemamuan belajar yang harus diberikan pada usia TK, perlunya pemberian beban latihan yang tepat untuk anak usia TK / pra sekolah. Menceitakan tentang perkembangan motorik dan tentang ketrampilan motorik serta bagaimana membelajari ketrampilan motorik.

A. PENDAHULUAN


Masa Usia Dini merupakan masa emas perkembangan, dimana seseorang akan banyak mengalami perubahan yang sangat berarti. Pada masa usia dini anak akan banyak mengalami masa peka, yang diartikan sebagai suatu masa dimana suatu fungsi berkembang demikian baik dan karenanya harus dilayani serta diberi kesempatan sebaik-baiknya. Masa peka untuk suatu fungsi itu hanya datang sekali saja pada tiap individu, jadi masa peka merupakan masa dimana kemungkinan berkembangnya suatu fungsi adalah maksimal besarnya, misalnya masa peka untuk berjalan pada tahun kedua, masa peka berbicara pada tahun ketiga dan ketrampilan fisik pada tahun keenam, peka untuk perkembangan ingatan logis adalah pada tahun keduabelas dan seterusnya (Pratini, 1990). Agar masa dini usia dapat optimal maka stimulasi pendidikan diperlukan guna memberikan perangsangan terhadap seluruh aspek perkembangan anak.
Berdasarkan Surat Keputusan Mentri Negara Pemberdayaan Aparatur Negara No. 81/M.PAN/3/2001 tanggal 30 Maret 2001 dan Surat Keputusan Mentri Pendidikan Nasional No. 051/o/20 tanggal 19 April 2001 didirikan Direktorat PADU (Pendidikan Anak Dini Usia) yang merupakan upaya pemberian layanan pendidikan kepada anak usia 0 - 6 tahun melalui penitipan anak, kelompok bermain, dan satuan PADU sejenis agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.
Direktorat PADU memiliki Visi ` Terwujudnya Anak Dini Usia yang Cerdas, Sehat, dan Ceria serta memiliki kesiapan baik fisik maupun mental dalam memasuki pendidikan lebih lanjut `. Adapaun Misi Direktorat PADU adalah : (1) Mengupayakan pemerataan layanan, peningkatan mutu, dan efisiensi penyelenggaraan pendidikan anak dini usia. 2) Mengupayakan peningkatan kesadaran dan kemampuan masyarakat dalam membedakan layanan pendidikan dini. (3) Mempersiapkan anak sedini mungkin agar kelak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Menurut Undang-Undang Sisdiknas pada Bab VI tentang jalur, Jenjang, dan jenis Pendidikan - Bagian ketujuh - Pendidikan Anak Dini Usia - Pasal 28:



Kegiatan Pendidikan Anak Usia Dini hendaknya memperhatikan 9 kemampuan belajar anak, yaitu
1. Kecerdasan Linguistik (Linguistic Intelligence) yang dapat berkembang bila dirangsang melalui berbicara, mendengar, membaca, menulis, berdiskusi, dan bercerita.
2. Kecerdasan Logika Matematika (Logico-Matematical Intelligence) yang dapat dirangsang melalui kegiatan menghitung, membedakan bentuk, menganalisis data dan bermain dengan benda-benda.
3 Kecerdasan Visual-Spasiai usual-Spasial Intelligence) yaitu kemampuan dalam memahami ruang yang dapat dirangsang melalui bermam balok-balok dan bentuk-bentuk geometri, melengkapi puzzle, menggambar, melukis, menonton film maupun bermain dengan daya khayal (imajinasi) .
4. Kecerdasan Musikal (Musical /Rhythmic Intelligence) yang dapat dirangsang melalui irama, nada, birama, berbagai bunyi dan bertepuk tangan.
5. Kecerdasan Kinestetik (Bodily / Kinesthetic Intelligence) yang dapat dirangsang melalui gerakan, tarian, oiahraga, dan terutama gerakan tubuh.
6. Kecerdasan Naturalis (Naturalist Intelligence) yaitu mencintai keindahan alam, yang dapat dirangsang melalui pengamatan lingkungan, bercocok tanam, memelihara binatang, termasuk mengamati fenomena alam seperti hujan, angin, banjir, siang-malam, panas-dingin, bulan-­matahari.
7. Kecerdasan Interpersonal (Interpersonal Intelligence) yaitu kemampuan untuk melakukan hubungan antar manusia (berkawan) yang dapat dirangsang melalui bermain bersama teman, bekerjasama, bermain peran, dan memecahkan masalah serta menyelesaikan konflik.
8. Kecerdasan Intrapersonal (Intrapersonal Intelligence) yaitu kemampuan memahami diri sendiri yang dapat dirangsang melalui pengembangan konsep diri, harga diri, mengenal diri sendiri, percaya diri, termasuk kontrol diri dan disiplin.
9. Kecerdasan Spiritual (Spiritual Intelligence) yaitu kemampuan mengenal dan mencintai ciptaan tuhan, yang dirangsang melalui penanaman nilai-nilai moral dan agama.
Lebih lanjut pembahasan akan berkisar pada pengembangan kecerdasan kinestetik atau pada aspek fisik. Kompetensi dan hasil yang ingin dicapai adalah kemampuan mengelola dan mengontrol dalam menerima rangsang / sensorik (panca indra), gerakan tubuh termasuk gerakan halus dan gerakan kasar, metode pengembangan gerak, pengamatan dan pengendalian perawakan sehingga berkembang pada penguasaan ketrampilan yang optimal.

TUGAS :

1.      Buatlah contoh pengembangan kecerdasan kinestetik yang dipadukan dengan pengembangan kecerdasan logika matematika !.
2.      Buatlah contoh pengembangan kecerdasan kinestetik yang dipadukan dengan pengembangan kecerdasan interpersonal !.
3.      Buatlah contoh pengembangan kecerdasan kinestetik yang dipadukan dengan pengembangan kecerdasan  Musikal !.

  
B. PERKEMBANGAN MOTORIK


Perkembangan motorik berarti perkembangan pengendalian gerakan jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf, dan otot yang berkoordinasi. Pengendalian tersebut berasal dari perkembangan refleksi dan kegiatan massa yang ada pada waktu lahir. Sebelum perkembangan tersebut terjadi, anak akan tetap tidak berdaya. Akan tetapi, kondisi ketidakberdayaan tersebut berubah secara cepat. Selama 4 atau 5 tahun pertama kehidupan pasca lahir, anak dapat mengendalikan gerakan yang kasar. Gerakan tersebut melibatkan bagian badan yang luas yang digunakan dalam berjalan, berlari, melompat, berenang dan sebagainya (gerak motorik kasar / fisik kasar). Setelah berumur 5 tahun, terjadi pengembangan yang besar dalam pengendalian koordinasi yang lebih baik yang melibatkan kelompok otot yang lebih kecil, misalkan gerakan untuk menggenggam, melempar, menangkap bola, menulis, dan menggunakan alat (gerak motorik halus / fisik halus).
Seandainya tidak ada gangguan lingkungan, fisik atau hambatan mental yang mengganggu perkembangan motorik, secara normal anak yang berumur 6 tahun akan siap menyesuiakan diri dengan tuntutan sekolah dan berperan serta dalam kegiatan bermain teman sebaya. Beberapa hal yang menunjukkan bagaimana perkembangan motorik turut menyumbang bagi penyesuaian sosial dan pribadi anak :
a. Kesehatan yang baik. Apabila kondisi motorik sangat jelek sehingga prestasi anak berada di bawah standar kelompok sebayanya, maka anak hanya memperoleh kepuasan yang sedikit dari kegiatan fisik dan kurang termotivasi untuk mengambil bagian dalam permainan atau aktivitas bersama teman sebayanya.
b. Katarsis emosionan. Melalui latihan fisik anak dapat melepaskan tenaga yang tertahan dan membebaskan tubuh dari ketegangan, kegelisahan, dan keputusasaan. Kemudian mereka dapat mengendurkan diri, baik secara fisik maupun psikologis.
c. Kemandirian. Semakin banyak anak melakukan sendiri, semakin besar kebahagiaan dan rasa percaya atas dirinya. Kebergantungan menimbulkan kekecewaan dan ketidakmampuan diri.
d. Hiburan diri. Pengendalian motorik memungkinkan anak berkecimpung dalam kegiatan yang akan menimbulkan kesenangan baginya meskipun tidak ada teman sebaya.
e. Sosialisasi. Perkembangan motorik yang baik turut menyumbang bagi penerimaan anak dan menyediakan kesempatan untuk mempelajari ketrampilan sosial. Keunggulan perkembangan motorik memungkinkan anak memainkan peran kepemimpinan.
f. Konsep diri. Pengendalian motorik menimbulkan rasa aman secara fisik, yang akan melahirkan perasaan aman secara psikologis. Rasa aman psikologis pada gilirannya menimbulkan rasa percaya diri yang umumnya akan mempengaruhi prilaku.


Gambar 1. Perkembangan motorik memberikan sumbangan bagi Perkembangan anak.

Beberapa kondisi yang mempengaruhi laju perkembangan motorik :
a. Sifat dasar genetik, termasuk bentuk tubuh dan kecerdasan.
b. Kondisi pascalahir yang tidak menguntungkan.
c. Kondisi pralahir yang menyenangkan, gizi dan psikologi sang ibu.
d. Kelahiran yang sukar.
e. Gizi yang baik pada awal kehidupan.
f.  Level IQ
g. Adanya rangsangan, dorongan, dan kesempatan untuk menggerakkan semua bagian tubuh akan mempercepat perkembangan motorik.
h. Perlindungan yang berlebihan akan menghambat (over protection)
i. Kecenderungan anak pertama lebih baik dari anak berikutnya karena rangsangan dan  dorongan yang lebih banyak dari orang tua.
j. Kelahiran sebelum waktunya.
k. Cacat fisik akan memperlambat perkembangan motorik.
1. Perbedaan jenis kelamin, warna kulit, dan sosial ekonomi.
C. KETRAMILAN MOTORIK

Definisi "Ketrampilan"menurut Cronbach (1963) :
Ketrampilan dapat diartikan dengan kata otomatik, cepat, dan akurat, meskipun demikian, adalah keliru menganggap ketrampilan sebagai tindakan tunggal yang sempuma. Setiap pelaksanaan sesuatu yang terlatih, walaupun hanya menulis huruf a, merupakan satu rangkaian koordinasi beratus-ratus otot yang rumit yang melibatkan perbedaan isyarat dan koreksi kesalahan yang berkesinambungan.
Masa kecil sering disebut sebagai 'saat ideal' untuk mempelajari ketrampilan motorik, dengan alasan :
a. Tubuh lebih lentur dibanding remaja atau dewasa.
b. Anak belum banyak memiliki ketrampilan yang akan berbenturan dengan ketrampilan yang baru dipelajarinya.
c. Secara keseluruhan anak lebih berani pada waktu kecil daripada setelah besar. Sehingga anak lebih berani mencoba hal yang baru.
d. Remaja dan dewasa gampang merasa bosan melakukan pengulangan sedangkan anak tidak gampang bosan.
e. Ketersediaan waktu yang lebih besar pada anak dibanding orang dewasa dengan berbagai tanggungjawabnya.

D. CARA UMUM MEMPELAJARI KETRAMPILAN MOTORIK
a.  Belajar Coba dan Ralat (Trial and Eror)
Tidak adanya bimbingan dan model untuk ditiru, menyebabkan anak melakukan tindakan yang berbeda secara acak. Cara tersebut biasanya menghasilkan ketrampilan dibawah kemampuan anak.
b. Meniru.
Belajar dengan meniru atau mengamati suatu model (orang tua atau anak tertua), lebih cepat ketimbang belajar dengan coba dan ralat, tetapi dibatasi oleh kesalahan yang terdapat dalam model tersebut.
c. Pelatihan.
Belajar dengan bimbingan atau supervise pada waktu model memperlihatkan ketrampilan dan memperhatikan bahwa anak menirunya dengan cara yang tepat sangat penting dalam tahap awal belajar. Gerakan salah dan kebiasaan jelek yang sudah tertanam akan sukar ditiadakan. Dengan adanya seorang pembimbing, pengajar atau pelatih, anak yang belajar akan difasilitasi kebutuhan belajarnya dengan balk.


TUGAS :
1.      Buatlah persiapan pengajaran jasmani untuk TK yang mengarah kepada penguatan  konsep diri dan kemandirian !.
2.      Buatlah petunjuk teknis persiapan orang tua mulai sejak mengandung hingga anak usia sekolah untuk mempersiapkan kesempurnaan laju perkembangan motorik anak !.
3.      Buatlah persiapan pengajaran jasmani untuk TK dengan tiga cara mempelajari ketrampilan motorik yaitu Belajar Coba dan Ralat (Trial and Eror), Meniru, dan Pelatihan !. Analisalah kelebihan dan kekurangan dari tiga cara tersebut !.





BAB II
KONSEP PENDIDIKAN JASMANI


SASARAN BELAJAR
          Setelah selesai mempelajari materi tentang Konsep Pendidikan Jasmani ini mahasiswa dapat menentukan filsafat penjaskes yang digunakannya, dan membedakan antara pendidikan jasmani, pendidikan olahraga dan  pendidikan kesehatan.

A. PENDAHULUAN

      Pendidikan Jasmani merupakan bagian dari pendidikan secara umum. Ia merupakan salah satu dari subsistem-subsistem pendidikan. Pendidikan Jasmani dapat didefinisikan sebagai suatu proses pendidikan yang ditujukan untuk mencapai tujuan pendidikan melalui gerak fisik.
      Tujuan pendidikan termasuk pendidikan jasmani di Indonesia adalah pengembangan manusia Indonesia seutuhnya ialah manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
 Salah satu masalah utama dalam pendidikan jasmani di Indonesia ialah belum efektifnya pengajaran pendidikan jasmani di sekolah-sekolah. Kondisi ini disebabkan beberapa faktor diantaranya ialah terbatasnya kemampuan guru dan terbatasnya fasilitas, sumber-sumber yang digunakan untuk mendukung proses pengajaran pendidikan jasmani dan kesehatan.
      Gaya mengajar yang dilakukan oleh guru dalam praktek pendidikan jasmani cenderung tradisional. Model metode-metode praktek ditekankan pada Teacher Centered' dimana para siswa melakukan latihan fisik berdasarkan perintah yang ditentukan oleh guru dan hampir tidak pernah dilakukan atas inisiatif siswa sendiri. Pengajaran tradisional cenderung menggunakan pendekatan yang mendasarkan pada olahraga prestasi dalam pengajarannya. Dalam pendekatan ini guru menentukan tugas-tugas bagi siswa melalui kegiatan fisik tak ubahnya seperti latihan olahraga yang mengarah pada pencapaian prestasi tanpa melakukan modifikasi baik dalam peraturan, ukuran lapangan maupun jumlah pemain. Pendekatan seperti itu menjadikan anak kurang senang atau bahkan merasa frustasi untuk melakukan program pendidikan jasmani karena mereka tidak mampu dan sering gagal untuk melaksanakan tugas yang diberikan dalam bentuk kompleks, yang sebenarnya hanya mampu dilakukan oleh orang dewasa. Untuk itu perlu pendekatan modifikasi olahraga sebagai pendekatan alternatif dalam pengajaran pendidikan jasmani dan kesehatan. Diantaranya modifikasi gerak yang komplek menjadi tugas gerak yang lebih sederhana.
       Upaya pemerintah untuk meningkatkan pelaksanaan pendidikan jasmani telah ditempuh dengan kurikulum baru yang menyesuaikan dengan modifikasi pengajaran pendidikan jasmani. Upaya pembaharuan kurikulum tersebut seharusnya diikuti dengan upaya peningkatan kemampuan guru dalam proses belajar mengajar sesuai tuntutan kurikulum dan pengadaan fasilitas pendukungnya.
Untuk meningkatkan keefektifan pendidikan jasmani dan kesehatan banyak upaya yang tampak dapat diterapkan diantaranya : (a) Model pengajaran reflektif, yaitu sama dengan pengajaran efektif yang menolak pendekatan linier, rutin dan monoton. Dalam hal ini seorang guru dikatakan berhasil apabila ia secara kreatif mampu menggunakan ketrampilan mengajar yang berinteraksi efektif dengan lingkungan pengajaran khusus dan mampu memanfaatkan lingkungan yang ada secara optimal sehingga dapat menimbulkan situasi dan kondisi dimana anak terangsang untuk senang belajar. (b) Olahraga di sekolah sebagai kegiatan suplemen pendidikan jasmani, dan (c) Pendidikan jasmani secara menyeluruh (multilateral) yang dimodifikasi sesuai dengan tingkat perkembangan siswa.


B. HAKIKAT PENDIDIKAN JASMANI
Filsafat dan Konsep Dasar Pendidikan Jasmani
a. Filsafat Pendidikan Jasmani
Filsafat berasal dart kata philos berarti cinta  dan sophia berarti kebenaran atau kebajikan. Yang berarti ilmu yang mempelajari tentang fakta dan prinsip dari kenyataan dan hakikat manusia serta tingkah laku dalam hubungannya dengan dunia dengan benar dan bijak.
Filsafat anda akan memberikan arah dalam menentukan keputusan dan tindakan sehari-hari, sedangkan filsafat pendidikan jasmani akan mengarahkan anda dalam menetapkan keputusan dan tindakan yang anda hadapi ketika terlibat dalam kegiatan pendidikan jasmani.
Filsafat memiliki komponen-kompenen utama :      metafisika, epistemologi, aksiologi, etika, logika dan estetika.
Metafisika mengkaji kenyataan dari sesuatu yang berkaitan dengan manusia dan alam dunia. Pengalaman pendidikan jasmani apakah yang hares diberikan kepada anak-anak agar mampu menghadapi dunia nyata.
Epistemologi berkaitan dengan metode untuk mendapatkan pengetahuan dan macam pengetahuan yang dapat diperoleh. Dalam Pendidikan Jasmani dan Kesehatan epistemologi akan mencari kebenaran tentang pecan aktivitas fisik dan pengaruhnya terhadap perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial.
Aksiologi berupaya menenmkan untuk kegunaan apakah kebenaran dicari. Bagaimana kita menentukan sesuatu memiliki nilai, dan kriteria apakah yang digunakan sebagai dasar penilaian ?. Bagaimanakah nilai­nilai dalam masyarakat tercakup dalam program pendidikan jasmani ?.
Etika membantu untuk mendefinisikan karakter moral dan menyediakan kode etik tingkah laku bagi seseorang. Menumbuhkan budi pekerti sesuai standar tingkah laku merupakan fungsi terpenting dari pendidikan jasmani.
Logika berupaya menyediakan metode hidup dan berfikir secara sehat dan inteligen bagi manusia. Logika adalah hubungan dari sate fakta atau ide dengan lainnya secara urut.
Estetika adalah pengkajian dan penentuan kriteria tentang keindahan. Bagaimana seseorang menghargai nilai keindahan ketika melihat penampilan gerak olahraga.
Aliran dalam filsafat yang telah berkembang dan mempengaruhi Pendidikan Jasmani diantaranya Idealisme, Realsme, Pragmatisme, Naturalisme, dan Eksistensialisme.
Idealisme suatu faham yang meyakini bahwa jiwa sebagai pusat kehidupan manusia. Jiwa dan spirit merupakan kunci kehidupan, manusia lebih penting peranannya daripada alam dunia secara fisik.
Realisme sebagai respon dari faham idealisme. Menerima dunia nyata seperti apa adanya. Menurut faham ini segala kejadian di dunia sebagai akibat adanya hukum alam, dan kebenaran dapat ditentukan dengan baik melalui metode ilmiah.
Praginatisme menekankan bahwa pengalaman merupakan kunci kehidupan. Paham ini percaya bahwa pengalaman manusia dapat mengubah konsep tentang kenyataan.
Naturalisme paham ini banyak memiliki kesamaan konsep dengan pragmatisme dan realisme. Naturalisme merujuk pada filsafat matrialistik, karena airan ini berkeyakinan bahwa sesuatu memiliki nilai hanya apabila sesuatu itu ada secara faktual dan fisikal. Sesuatu dikatakan ada apabila dapat diamati, dirasakan dan difikirkan dalam alam nyata. Paham ini menerima bahwa perubahan dalam alam itu bersifat abadi, tetapi dipandang sebagai kekuatan yang andal yang dapat diramal.
Eksistensialisme berpandangan bahwa individualitas merupakan titik sentral. Kebenaran yang ny ata bersumber dart keberadaan manusia itu. Setiap individu memiliki tanggung jawab pada masa lalu, dan masa datang. Individu-individu harus menentukan sistem nilai mereka sendiri. Menerima nilai yang tidak ditentukan sendiri (dipaksakan dart luar) akan menjauhi prinsip individualitas.

b. Konsep Pendidikan Jasmani, Pendidikan Olahraga dan Pendidikan Kesehatan.
Pendidikan jasmani adalah suatu proses yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui berbagai kegiatan Jasmani untuk memperoleh pertumbuhan Jasmani, kemampuan dan ketrampilan, kecerdasan dan perkembangan watak serta kepribadian yang harmonis dalam rangka membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang berkualitas berdasarkan Panca Sila.
Olahraga berasal dart kata Olah berarti melatih dan Raga (rogo) berarti badan. Olahraga adalah proses sistematik yang berupa segala kegiatan atau usaha yang dapat mendorong, membangkitkan, mengembangkan, dan membina potensi-potensi jasmaniah dan rohaniah seseorang sebagai perorangan atau anggota masyarakat dalam bentuk permainan, perlombaan/pertandingan, dan kegiatan Jasmani yang intensif untuk memperoleh rekreasi, kemenangan dan prestasi puncak dalam rangka membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang berkualitas berdasarkan pancasila.
Pendidikan kesehatan dikaitkan dengan pendidikan jasmani sehingga menjadi pendidikan Jasmani dan kesehatan pada hakikatnya juga merupakan bagian integral dart pendidikan keseluruhan. Secara khusus pendidikan kesehatan diorientasikan pada upaya penumbuhan kebiasaan dan prilaku hidup sehat.

TUGAS :
1.      Apa hambatan yang sering dialami dalam pengajaran Penjaskes di TK ? Bagaimana solusi untuk mengurangi hambatan tersebut menurut saudara !.
2.      Terangkan Hakekat filsafat pendidikan jasmani !
3.      Aliran apa yang cenderung saudara anut dalam konsep pengajaran penjas saudara ? berikan alasan saudara tentang kecenderungan saudara tersebut.
4.      Tunjukkan persaman dan perbedaan antara Penjas, Pendidikan Olahraga dan Pendidikan kesehatan !.






BAB III
TAKSONOMI GERAK

SASARAN BELAJAR
          Setelah selesai mempelajari materi tentang Taksnomi Gerak ini mahasiswa dapat membedakan dari 4 (empat) komponen gerak serta  memberikan contoh dan memperagakan berbagai pembagian gerak menurut komponen gerakdasar tersebut.

TAKSONOMI GERAK
Fokus utarna dari para pelaku pendidikan jasmani ialah memenuhi tugasnya dalarn membantu manusia untuk bergerak secara efisien, untuk meningkatkan kualitas penampilan mereka. untuk mempertinggi kemampuan belajar, dan memelihara kesehatan. Untuk memenuhi keseluruhan tugas yang ada, maka para pelaku pendidikan jasmani menjadikan gerakan sebagai kunci utama dalam pendidikan jasmani dan olahraga, karena. gerakan fisik yang konstan telah menjadi karakteristik manusia, sehingga melalui gerakan diharapkan tujuan pendidikan dapat dicapai. Gerakan fisik secara luas diartikan sebagai suatu perubahan posisi dari suatu objek pada suatu ruang yang melibatkan sebagian atau seluruh tubuh.
Konsep-konsep tertentu yang berhubungan dengan gerakan yang harus dimengerti oleh para guru dan siswa. Konsep-konsep gerakan sebenarnya merupakan aspek-aspek dari 4 (empat) komponen gerak (Bucher, 1.983;92) yang terdiri dari :
1. Kesadaran Ruang (Spatial Awareness - Where dose the body move ?)
Kesadaran rang mengandung tipe ruang (space) dimana tubuh bergerak sesuai dengan arah (direction), tingkatan (level), alur (pathway) yang dilalui tubuh saat bergerak.
a. Ruang (Space)
Semua gerakan terjadi pada suatu ruang. Ada dua jenis ruang yaitu Perseorangan (personal) dan umum (general). Ruang perseorangan (personal space) ialah ruang terbesar yang dapat digunakan oleh seseorang pada posisi tetap, seperti ruang yang dapat dicapai oleh seseorang dengan meregang,membengkok dan melipat, sedang ruang umum (general space) ialah daerah dimana seseorang atau beberapa orang dapat bergerak, dan itu mungkin dalam gedung, kolam renang atau ruang terbuka. Besarnya ruang yang dapat digunakan dan jumlah orang dalam ruang tertentu mempengaruhi kemungkinan bergerak.
Pengertian tentang konsep ruang perorangan dan ruang umum ini sangat penting bagi perkembangan gerak anak dimasa berikutnya, sehingga konsep ini harus selalu ditekankan tidak sekedar sekali atau dua kali saja, sehingga diharapkan akan tumbuh kesadaran akan keamanan sambil bergerak dalam ruang perseorangan dan ruang umum dengan menekankan tidak terjadi sentuhan dan benturan (no toucching and no collisions). Dimasa mendatang anak yang telah memiliki bekal penguasaan tentang kesadaran ruang baik ruang perorangan maupun ruang umum akan mampu menempatkan posisi badannya sesuai kebutuhan ruang geraknya dengan memenuhi standar keselamatan atas benturan ataupun perebutan dengan orang lain. Misalkan dijalan raya seorang yang memiliki bekal kesadaran ruang akan mampu memperkirakan cukup dan tidaknya dia masuk diantara dua kendaraan lain, dalam bidang keolahragaan seorang yang memiliki bekal kesadaran ruang akan mampu mempertahankan penguasaan bola dengan selalu menjaga posisi bola tidak dalam jarak jangkauan lawan, dan banyak contoh lain yang menggambarkan manfaat penguasaan kesadaran ruang.  
b. Arah (Direction)
Dengan adanya pengertian terhadap ruang perseorangan dan ruang umum, siswa sekarang dapat menerapkan perubahan arah sambil bergerak dalam ruangan. Arah disini mengarah pada gerak maju, mundur, ke samping, ke atas, ke bawah, menyilang atau kombinasinya dan dapat mengenali mata angin. Kemampuan untuk bergerak dalam arah yang beraneka ragam merupakan hal yang vital agar berhasil diberbagai bidang, baik olahraga, menari dan senam. Tujuan dalam konsep arah ini ialah untuk membuat anak mengerti semua arah gerak yang ada. Dimasa mendatang anak yang telah memiliki bekal penguasaan tentang arah akan mampu dengan mudah mengenali posisinya baik untuk kepentingan gerak umum maupun gerak keolahragaan, cepat merespon tentang intruksi arah maupun petunjuk-petunjuk arah yang seharusnya dilaksanakan dalam tugas geraknya.
c. Tingkatan (level)
Tubuh bergerak pada berbagai landasan horizontal seperti tinggi, sedang, dan rendah. Tujuan dalam mengajar konsep tingkatan ini antara lain :
1) Untuk membedakan antara tingkatan tinggi, sedang, dan rendah.
2) Dapat melakukan perubahansesuai dengan tingkatan landasan.
3) Untuk mengkombinasikan perubahan-perubahan tingkatan bersama
an dengan menggunakan konsep ruang dan arah.
Penguasaan tentang konsep tingkatan ini mencakup perubahan posisi benda tertentu. Dimasa mendatang anak yang telah memiliki bekal penguasaan tentang tingkatan ini akan mampu mengenali posisi dirinya maupun benda lain dalam kaitanya dengan gerak umum maupun keolahragaan, misalkan kemampuan seseorang memprediksikan ketinggian aman dirinya dari benturan pintu, dalam keolahragaan kemampuan untuk melemparkan objek aman dari jangkauan lawan yang akan merebutnya.
d. Alur (Pathway)
Alur disini merupakan suatu garis gerak dari satu tempat ke tempat lain pada suatu ruang yang tersedia. Hal itu mungkin berupa gerakan seluruh tubuh pada ruang umum (sebagai contoh, suatu ayunan pemukul / bat secara horizontal dengan lengan) Sebagai contoh lain dalam mengajar konsep berjalan memiliki tujuan
1) Untuk menciptakan kesadaran siswa dengan berbagai alternatif jalan dimana mereka dapat bergerak, baik alur yang dibuat secara langsung maupun tidak langsung.
2) Untuk mengembangkan kemampuan tubuh untuk bergerak melalui berbagai alur.
3) Untuk membuat siswa mampu mengidentifikasi dan bergerak pada alur khusus.
Dimasa mendatang anak yang telah memiliki bekal penguasaan tentang alur akan mampu dengan mudah mengenali daerah tertentu yang pernah dilaluinya dan dapat memilih jalan terpintas untuk mencapai suatu tempat tujuan, bahkan dia akan mudah dalam mengartikan sebuah denah atau petunjuk yang sederhana sekalipun yang berkaitan dengan pencarian sesuatu. Dibidang keolahragaan penguasaan terhadap alur ini akan memberikan kemampuan yang lebih baik pada olahragawan yang membutuhkan penguasaan peta maupun mengingat alur yang harus dilalui sampai pada garis finish.

2. Kesadaran Tubuh (Body Awarenes - What can the body do ?)
Kesadaran tubuh ini berhubungan utamanya dengan identifikasi bagian-bagian tubuh dan kemampuan anak untuk menggabungkannya dengan gerak dasar. Gerak dasar ini dibagi menjadi tiga kategori :
Gerak Lokomotor (berjalan, berlari, mengayuh sepeda dan lain sebagainya)
Gerak Non Lokomotor (menekuk, meregang, mendorong dan sebagainya)
Gerak Manipulasi (memantul, melempar, memukul dan sebagainya)
Pengelompokan ini memungkinkan bagi siswa untuk meniru dan melakukan suatu atau sekelompok gerakan yang dipilih dari kategori yang berbeda.

3. Kualitas Gerak (Qualities of Movement-How does the Body Move ?)
Bagaimana tubuh bergerak dipengaruhi oleh kualitas-kuualitas tertentu dari gerakan termasuk waktu, kekuatan, aliran, dan ruang. Faktor tambahan seperti ukuran tubuh dan hubungan tubuh terhadap orang lain atau objek juga mempengaruhi gerakan tubuh.
a. Waktu (Time)
Waktu berhubungan dengan kecepatan pada saat gerakan dilakukan. Hal ini mungkin bervariasi dari kecepatan yang sangat cepat hingga sangat pelan. Pada beberapa cabang olahraga kemampuan untuk mengubah kecepatan merupakan hal yang diperlukan, dan juga gerakan eksplosif secara tiba-tiba juga diperlukan pada beberapa kegiatan cabang olahraga seperti bola basket,dimana pertimbangan power/daya ledak sangat diperlukan untuk melakukan rebound.
b. Kekuatan (Force)
Kekuatan adalah potensi atau kemampuan yang dimiliki tubuh
untuk melawan beban atau tahanan. Kekuatan itu dapat diamati dan
efek dari apa yang dirniliki tubuh sesorang terhadap objek yang lain.
Efek itu tercermin dengan bergeraknya atau berkembangnya obyek.
Kekuatan yang diturunkan oleh tubuh diproduksi oleh kontraksi
otot. Sebagai tambahan dalam proses produksi kekuatan, tubuh juga
mampu menerapkan dan menyerap kekuatan. Gerakan-gerakan yang
berbeda membutuhkan bermcam-macam tingkatan kekuatan dan
penerapan yang benar dari kekuatan tersebut untuk mendukung gerakan. Sebagai contoh, karena perbedaan alat, akan memerlukan kekuatan yang lebih kecil untuk memukul bola dengan pemukul yang lebih panjang dari pada pemukul yang lebih pendek, tuas yang lebih panjang akan mengakibatkan keuntungan mekanik. Ada beberapa saat yang tepat dalam menggunakan kekuatan kekuatan. Kekuatan itu harus digunakan untuk menggerakkan tubuh atau bagiannya dalam suatu ruang, untuk melawan tarikan gravitasi, atau menjaga suatu postur atau posisi tubuh yang baik. Satu faktor penting dalam mempertimbangkan kekuatan yaitu bahwa kekuatan tersebut harus dikontrol.
c. Aliran (Flow)
Aliran itu merupakan kelanjutan atau koordinasi gerakan. Suatu gerakan yang halus, dan mengalir membutuhkan kontrol kekuatan internal maupun eksternal, sehingga akan ada trasisi yang sesuai dari berbagai gerakan tersebut. Gerakan itu secara bebas mengalir atau mereka mungkin merupakan gerakan yang berbentuk aliran. Gerakan dengan aliran gerak bebas menggambarkan suatu gerakan yang dilanjutkan hingga diakhiri dengan kontrol. Dalam hal lain, gerakan yang berbentuk aliran mengarah pada gerakan yang dapat dihentikan sementara sambil menjaga keseimbangan pada beberapa titik gerakan. Suatu contoh ialah saat melakukan suatu rangkaian gerakan senam di atas matras, dimana pada beberapa titik pesenam tersebut membutuhkan menghentikan gerakan dalam posisi seimbang sebelum melanjutkan rangkaian gerakan yang terkoordinasi dengan baik.
d. Ukuran Tubuh (Body Shape)
Ukuran tubuh mengarah posisi tubuh dalam ruang. Perubahan ukuran dalam gerak, kadang tubuh diregangkan
(memanjang atau melebar) atau dibengkokkan (melipat atau mengerut dan melingkar). Dalam membentuk tubuh untuk bergerak pada daerah yang terbatas, dapat terjadi beragam kegiatan diperlukan tubuh untu mencapai ukuran tertentu.

4. Hubungan (Relathionshin)
Hampir disemua cabang olahraga, menari dan kegiatan yang menggunakan alat, anak tidak bergerak sendiri dalam ruangan. Mereka bergerak bersama seseorang, melawan seseorang, mengatasi rintangan atau menggunakan alat dari berbagai jenis.
a. Hubungan dengan Benda (Obyek)
Ada dua bentuk dasar hubungan dengan obyek, yaltu mempulasi dan non manipulasi. Hubungan manipulasi, anak dipusatkan dengan usaha mengontrol gerakan dari obyek, seperti melempar bola pada sasaran tertentu. Sedang hubungan non manipulasi tujuannya ialah untuk menyesuaikan gerakannya terhadap obyek yang tetap, seperti melakukan rangkaian gerakan di atas matras.
b. Hubungan dengan Manusia
Katagori gerakan ini mencakup gerakan-gerakan apa saja yang mungkin dan sering dilakukan dengan orang lain. Ada beberapa kemungkinan yang bisa dikembangkan. Tidak adanya orang lain yang bergerak (kerja individu) mengarah pada satu situasi dimana pelaku secara keseluruhan bebas dan bertanggung jawab atas gerakan yang dilakukannya sendiri. Disaat beketja dengan orang lain / partner, atau melawan orang lain seseorang mungkin menirukan pola gerakan orang lain. Sedang disaat bekerja dalam suatu kelompok, seseorang mungkin bergerak mengikuti pemimpin / gurunya bank untuk
bernerak denvan beberana orang lain, bergerak dalam merespon kelompok lain, dan bergerak dalam berbagai situasi. Semua gerakan yang dilakukan bersama orang lain hares dikoordinasikan.
Tuiuan program secara keseluruhan dalam mempelaiari hubungan antara manusia ialah kemampuan untuk mengkoordinasikan pola­pola gerakan tersebut dalam ruangan , dengan suatu pandangan kearah peng gunaan pengetahuan tentang kualitas gerakan, kesadaran tubuh, dan perbedaan bentuk gerakan.







BAB IV
BERMAIN DALAM PENDIDIKAN

SASARAN BELAJAR
          Setelah selesai mempelajari materi tentang Bermain dalam Pendidikan  ini mahasiswa dapat menjelaskan konsep bermain, dan mampu memanfaatkan situasi bermain untuk kepentingan pendidikan, serta dapat membedakan pengelompokan bermain. Mahasiswa juga dapat memperagakan berbagai permainan yang sesuai dengan usia TK.

A. PENDAHULUAN
            Anak kecil sebenarnya memiliki potensi yang besar untuk segera berkembang, potensi tersebut akan berkembang apabila diberikan layanan berupa kesempatan untuk dilatih atau dipergunakan sesuai dengan perkembangan anak tersebut. Kesempatan yang besar bagi anak untuk mengembangkan potensinya adalah pada waktu anak terlibat dalam kegiatan bermain. Bermain sebenarnya merupakan dorongan dari dalam anak, atau disebut merupakan naluri, yang mana dorongan tersebut diusahakan untukdisalurkan secara baik dan terkontrol. Bermain merupakan kebutuhan anak seperti halnya kebutuhan yang lain msalkan makan, minum, tidur dan kebutuhan lainnya. Larangan terhadap anak untuk bermain merupakan hambatan atau menghalangi perkembangan potensi anak. Dalam bermain anak akan mengembangkan ide, pemikiran, ketrampilan, membentuk aturan-aturan bersama teman bermainnya, dan banyak pengembangan potensi lainnya yang akan dapat membentuk kedewasaan anak. Campur tangan berlebih dari orang dewasa dalam proses bermain dapat mengganggu proses pengembangan potensi anak. Orang dewasa hendaknya berperan mengontrol dan pengawasan.
          Bermain merupakan penyesuaian diri dengan keadaan. Anak akan bermain di daerah lingkungannya bersama benda yang ada di sekitarnya. Dengan bermain anak akan mengenal ciri dan sifat setiap benda yang dimainkan. Bayi pada awalnya bermain dengan bagian tubuhnya sendiri kemudian akan berman dengan benda yang diberikan kepadanya selanjtnya dia akan bermain dengan apa saja yang ditemuinya, pada akhirnya dia akan terbiasa dengan bentuk, berat, sifat-sifat dari berbagai benda yang ditemuinya. Pada masa kanak-kanak kegiatan bermain terfokus pada apa yang sedang mereka mainkan dan cenderung tidak menyadari bahwa dia berada pada alam sekitarnya yang merupakan kehidupan yang nyata, bahkan kebanyakan anak memiliki sahabat imajiner dalam kesendiriannya. Makin tambah usia seseorang akan semakin menyadari bahwa ternyata ada dua dunia, yaitu dunia nyata dan dunia permainan. Dapat disimpulkan bahwa permainan itu ada didunia semenjak manusia itu ada.  Oleh karena itu manusia tumbuh tidak dapat terelakkan dari alam permainan, sehingga manusia tumbuh dan berkembang melewati berbagai macam permainan sebagai kodrat yang alami.
          Pada saat ini dunia pendidikan berpendapat bahwa bermain sebagai alat pendidikan. Para ahli pedagog menekankan perlunya bermain dalam pendidikan, diyakini bahwa bermain mempunyai nilai-nilai untuk mengembangkan harmoni antara jiwa dan raga. “Anak-anak belajar sesuatu melalui bermain” sehingga perlu menggunakan bermain sebagai alat untuk mendidik. Tidak terbatas pada kalangan tertentu, bermain adalah kegiatan yang menguasai kehidupan anak.
          Menurut Theodore Roosvelt Jr, bahwa keinginan bermain bagi anak itu ada hubungannya dengan naluri bergerak, yang merupakan kodrat bagi anak-anak. Naluri atau dorongan bergerak ini harus dipuaskan dengan hal-hal yang menggembirakan dan menarik bagi anak. Orang dewasa atau pendidik harus mengarahkan bermain itu menuju ke arah yang positif. Adanya naluri untuk bergerak inilah yang menjelma menjadi perbuatan yang disebut ‘bermain’ yang sesuai dengan kebutuhan anak. Para pendidik atau orang dewasa harus merasa beruntung dengan adanya permainan. Jika tidak ada, maka naluri bergerak akan dislurkan melalui perbutan-perbuatan yang kurang baik, misalnya merusak, kenakalan, dan dapat melalui kejahata. Aka tidak heran bila ada guru yang mengeluh disebabkan anak-anak di kelasnya hampir tidak dapat dikuasai.
          Semua fungsi baik jasmani maupun rohani anak ikut terlatih pada waktu bermain. “Makin banyak kesempatan bermain, makin sempurnalah penyesuaian anak terhadap keperluan hidupnya di dalam masyarakat.” Masa persiapan anak untuk menjadi dewasa, tidak cukup diisi dengan pelajaran-pelajaran pengetahuan saja, tetapi bermain yang mampu mengembangkan fisik dan mental anak yang sesuai dengan perkembangannya sangat diperlukan
          Besar kecilnya naluri bergerak bagi anak-nak, tidak selalu sama. Dorongan bergerak tidak dapat diajarkan, tetapi telah merupakan pembawaan masing-masing. Pendidik hanya dapat memberikan kesempatan dan mengarahkan dorongan bergerak itu, melalui pemberian permainn yang menarik perhatian mereka, maka guru dapat menyalurkan dorongan bergeraktadi ke arah yang bermanfaat. Perhatian anak untuk tertarik pada suatu permainan dapat dipengaruhi oleh pendidik, lingkungan hidupnya yaitu kakak atau orang tuanya, atau anggota keluarga yang lebih tua. Dapat diartikan bahwa manusia dapat dipengaruhi selain oleh pembawaannya, juga dapat dipengaruhi oleh dunia sekelilingnya.        

B. PENGELOMPOKAN PERMAINAN
          Pengelompokan permainan dsini didasarkan pada kesesaian dengan pembelajaran pada anak usia TK. Pengelompokan permainan sebenarnya didasarkan bermacam-macam cara memandang terhadap permainan itu.
1.      Pengelompokan berdasarkan pada jumlah pemain.
1)     Permainan beregu
2)     Permainan perorangan
2.      Pengelompokan berdasar sifat permainan
1)     Permainan untuk mengembangkan fantasi.
2)     Permainan untuk mengembangkan berbahasa (linguistik)
3)     Permainan untuk mengembangkan logika matematika
4)     Permainan untuk mengembangkan seni / musik
5)     Permainan untuk mengembangkan aspek fisik
a.      Permainan untuk meningkatkan kekuatan.
b.     Permainan untuk meningkatkan ketahanan
c.      Permainan untuk meningkatkan ketangkasan / kelincahan
d.     Permainan untuk meningkatkanreaksi, dan lain-lainnya.
6)     Permainan untuk mengembangkan aspek interpersonal
7)     Permainan untuk mengembangkan aspek intrapersonal
3.      Pengelompokan berdasarkan alat yang digunaka.
1)     Permainan tanpa alat
2)     Permainan dengan alat
a.      Permainan dengan bola
(1)  Permainan dengan bola kecil
(2)  Permainan dengan bola besar
b.     Permainan dengan alat non bola
(1)  Permainan dengan balok
(2)  Permainan dengan tongkat
(3)  Permainan dengan saputangan
(4)  Permainan dengan simpai
(5)  Permainan dengan gada
(6)  Permainan dengan pita

4.      Pengelompokan berdasarkan lapangan yang digunakan
1)     Permainan dengan daerah luas (diluar)
2)     Permainan di dalam ruang
5.      Pengelompokan berdasarkan bentuk penyajian
1)     Permainan dengan bentuk perlombaan
2)     Permainan dengan bentuk tugas
3)     Permainan dengan bentuk komando
4)     Permainan dengan bentuk meniru dan bercerita
5)     Permainan dengan pemeranan

Penerapan pengelompokan permainan ini hendaknya seorang guru dapat memilahkan tujuannya berdasarkan kemampuan belajar anak (9 kecerdasan) dan berdasarkan taksonomi gerak.

C. PERMAINAN IMAJINASI
          Untuk memenuhi hasrat bergerak pada anak, kita perlu memperhatikan karakteristik anak baik dari segi fisik mental, maupun sosial emosional. Anak bermain tidak hanya melibatkan segi fisiknya saja, tetapi juga melibatkan kejiwaannya. Seseorang mengajar di TK (prasekolah) atau sekolah dasar kelas rendah, ada keharusan untuk memenuhi dan  membimbing daya imajinasi anak-anak itu. Anak-anak pada usia tersebut sangat besar daya khayalnya, yang bagi mereka daya khayal itu sangat besar faedahnya. Didalam daya khayal itu mereka benar-benar merasakan dirinya adalah seorang anak.
          Anak-anak belum dapat membedakan antara dunia khayal dengan dunia nyata. Makin bertambah usianya makin besar kemampuan untuk membedakan kedua dunia itu. Masa bermain adalah masa yang sangat perlu baginya. Masa itu adalah masa peralihan dari dunia anak-anak ke dunia sekolah yang sesungguhnya. Dalam pengajaran gerak diupayakan anak dalam kondisi bermain diwarnai dengan tujuan pencapaian taksonomui gerak dasar melalui bermain meniru dan berimajinasi.
          Berikut ini disajikan beberapa gerakan menirukan binatang yang dapat meningkatkan kemampuan natural untuk mencintai mahluk lain ciptaan Tuhan, mengenalkan berbagai jenis binatang yang mungkin saja belum diketahui anak, mendapatkan pengalaman gerak dari gerak sederhana yang semakin lama semakin rumit.
1.      Kucing menggeliat.
2.      Srigala mengaum
3.      Harimau marah
4.      Burung terbang berputar-putar
5.      Gajah melambaikan belalai















BAB IV
KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR

Dalam kegiatan belajar mengajar penjaskes sangat perlu diperhatikan tentang Kurikulum dan perencanaan, Organisasi dan instruksi, Management kelas dan disiplin, serta Evaluasi.
Kurikulum dan perencanaan dalam penjaskes harus disesuaikan dengan tingkatan usia yang dapat diidentifikasi melalui kekhususan level dibawah ini :

Level  I            4   s/d  5 tahun
           II          6   s/d  7 tahun
           III       8   s/d  9 tahun
Level  IV        9   s/d  10 tahun
V       10  s/d  11 tahun
VI        Lebih dari 11 tahun

A. MODEL KURIKULUM SECARA UMUM.

Level I-III menekankan pada dasar gerak dan pemahaman gerak yang tidak terlepas dari taksonomi gerak yang telah diuraikan di atas. Pengajaran pada level ini menggunakan musikal untuk penekanan pada ritme, dapat dalam bentuk tari, pantomim, drama musikal, senam irama dan lain-lain. Bentuk pengajaran yang lain melalui game (permainan) sederhana, senam dengan hitungan dan lain-lain.
          Pada level IV-VI masih merupakan kelanjutan hasil yang di capai pada level sebelumnya untuk lebih bagus dalam memahami gerak dengan mengarah pada ketrampilan umum  dan aktivitas gerak yang lebih komplek dalam batas-batas yang benar sesuai dengan usia pertumbuhan. Pengajaran pada level ini pematangan dari    level sebelumnya yaitu menggunakan musikal untuk penekanan pada ritme, dapat dalam bentuk tari, pantomim, drama musikal, senam irama dan lain-lain. Bentuk pengajaran yang lain melalui game (permainan), senam dengan hitungan dan lain-lain, yang relatif lebih komplek dari bentuk-bentuk pengajaran pada kelompok level sebelumnya.

      Level I - III

           


            Dalam pengajaran penjaskes keseluruhan level mengarah pada pembentukan kondisi fisik yang memadahi selaras dengan pertumbuhan siswa yang meliputi kebugaran dengan mempertimbangkan ketidak terhambatan pertumbuhan fisik, pembentukan postur/perawakan sesuai yang diharapkan.
          Keseluruhan level dikerjakan secara berjenjang yang mendasarkan pada pemahaman gerak melalui pemahaman taksonomi gerak menuju pada gerak dasar untuk ketrampilan yang masih umum, pada akhirnya kearah spesialisasi pada ketrampilan yang lebih khusus atau pada tari maupun senam.
POSTUR

Postur atau perawakan dapat dideteksi se jak dini. Postur menunjukkan karakteristik individu tidak hanya dapat membedakan antar individual. Secara umum postur yang baik apabila seseorang dalam posisi berdiri akan tampak seimbang pada garis segmentalnva baik dari samping maupun dari sisi depan.

Gambar 2. Postur tampak dari samping dan tampak dari belakang.

Postur yang buruk dapat disebabkan oleh adaptasi otot, tulang dan persendian dalam waktu yang lama berada pada posisi yang tidak benar. Pengawasan sejak usia dini sangat dianjurkan. Beberapa penyebab buruknya postur diantaranya menonton televisi dalam waktu yang lama pada posisi kurang baik, kebiasaan posisi duduk yang tidak tepat, diet
yang kurang tepat, pencahayaan ruangan tidak memadahi, akibat berat badan atau beban yang lain, dan tones otot yang buruk (lebih spesifik pada bagian punggung). Kondisi Postur yang Buruk diidentifikasi sebagai :
a. Lordosis. Adalah mempunyai karakteristik pembentukan kurva ke depan pada bagian bawah tulang punggung, dan sacrurn.
b. Kyphosis. Adalah mempunyai karakteristik pembentukan kurva ke belakang pada bagian atas tulang punggung.
c. Scoliosis. Adalah mempunyai karakteristik pembentukan kurva ke samping pada tulang punggung, yang dapat terjadi dua bentuk yaitu huruf C atau huruf S.


Gambar 3. Kondisi Lordosis               Kyphosis                  Scoliosis (Kurva C dan S)

Untuk dapat melihat kondisi postur anak perlu adanya pengawasan melalui posture assessment chart dibawah ini :

Gambar 4. Posture assessment chart

Melalui Penjaskesor Tercapai Kesehatan Jiwa dan Raga

Link Pemaparan Peran Penjaskesor Tercapai Kesehatan Jiwa dan Raga